Rabu, 31 Oktober 2012

Bali : Pulau Terbaik Se-Asia


Pesona Bali tak pernah berhenti memukau dunia. Buktinya, Bali dinobatkan sebagai pulau terbaik di Asia. Tidak hanya itu, Pulau Lombok pun masuk ke dalam 10 pulau terbaik di Asia.

Menjelang akhir tahun, beragam poling diadakan. Salah satu poling yang dikeluarkan majalah traveling dunia Conde Nast Traveler (CN Traveler) adalah pulau terbaik di Asia. Kerennya, Indonesia memiliki 2 pulau yang bertengger di deretan 10 besar, dikutip dari CN Traveler, Rabu (31/10/2012).

Bali memang tak pernah gagal memanjakan semua wisatawan yang melancong ke sana. Keindahan Pulau Dewata ini selalu saja membuat turis ingin kembali berlibur ke sana. Tak ayal, Pulau Bali pun dinobatkan sebagai pulau terbaik di Asia pada tahun 2012. Rating untuk pulau cantik ini adalah 81,8.

Dalam kriteria disebutkan, pemandangan Bali mendapat rating sebesar 90,4. Sedangkan keramahan masyarakat pulau itu juga mendapat angka yang cukup tinggi yaitu 90,9. Suasana untuk liburan di bali memiliki angka sebesar 87,8.

Yang banyak menjadi favorit para traveler mancanegara saat berlibur ke sini adalah penginapan yang sangat nyaman. Resor yang berada di tepi tebing atau tengah hutan dengan pemandangan memukau mampu membuat para turis jatuh cinta. Tak heran jika penginapan di Bali mendapat rating sebesar 86,9.

Pesona Bali mengungguli beberapa pulau andalan negara-negara tetangga. Seperti Pulau Phuket, Thailand yang berada di posisi 2, Pulau Langkawi, Malaysia yang berada di posisi 4 serta Pulau Cebu, Filipina yang berada di posisi 7.

Masih bertetangga dengan Bali, ada Pulau Lombok yang juga masuk dalam daftar 10 Pulau terbaik di Asia. Berada di posisi 9, Lombok mendapat rating sebanyak 73,5.

Lombok memiliki pemandangan yang juga mampu membuat banyak turis jatuh cinta. Kebersihan pantai dan lautnya patut diacungi jempol. Rating untuk pemandangan di Lombok pun sebesar 82,2 dan keindahan pantai di pulau ini mendapat rating besar yaitu 82,5.

Berikut daftar 10 pulau terbaik di Asia tahun 2012 versi Conde Nast Traveler:

1. Bali, Indonesia
2. Phuket, Thailand
3. Luzon, Filipina
4. Langkawi, Malaysia
5. Koh Samui, Thailand
6. Hokkaido, Jepang
7. Cebu, Filipina
8. Borneo Malaysia, Malaysia
9. Lombok, Indonesia
10. Mindanao, Filipina


Sumber : Klik Ini


***
Selain karena gue bangga negara gue punya dua pulau terbaik Se-Asia, gue jg bangga karena pulau gue masuk 10 besar nih, Pulau Kalimantan :)) (yaaah, walaupun masuk bagian administrian dan teritorial Malaysia) :))

Read More..

Doa Hari Pertama Haid



Bismillahirrahmaanirrahiim............

Riwayat dari Aisyah RA diambil daripada kitab  Durratun Nasihin Fil Wa, zi Wal Jsrar
dikarang oleh Osman Bin Hasan Ahmad As Sakiril Khubuwi


"Tidak ada daripada seorang perempuan yang kedatangan haid, melainkan adalah haidnya itu menghapuskan dosa-dosa yang telah lalu daripada segala dosa-dosanya dan sekiranya ia membaca doa  pada hari yang pertama yakni:

"Alhamdulillahi `Alaa Kulli Haalin Wa Astaghfirullaha Min Kulli Zanmbin"

yang artinya :
"Segala puji bagi Allah di atas segala hal dan aku memohon keampunan kepada Allah daripada segala dosa"

maka oleh Allah baginya terlepas dari api neraka dan dapat melewati Sirattalmustaqim dengan selamat dan aman dari azab dan Allah meninggikan baginya dengan tiap satu hari dan satu malam
akan pangkatnya empat puluh orang mati syahid jika  perempuan itu  berzikir kepada Allah di dalam masa haidnya."

Wallahu'alam bishowab 
Read More..

Tanda - Tanda Kematian

Wuidih, serem amat yak judulnya.
Tapi cuma mau ngshare aja sih tentang tanda-tanda kematian seorang muslim.
Tulisan ini di dapet dari Momi Rahma waktu diskusi di grup UBL.



Bismillahirrahmaanirrahiim...........

Allah telah memberi tanda kematian seorang muslim sejak 100 hari, 40 hari, 7 hari, 3 hari, dan 1 hari menjelang kematian.

Tanda 100 Hari Menjelang Ajal :
Selepas waktu ashar (di waktu ashar karena pergantian dari terang ke gelap), kita merasa dari ujung rambut sampai kaki menggigil, getaran yang sangat kuat lain dari biasanya. Bagi yang menyadari akan terasi indah, tapi bagi yang tidak, tidak akan berpengaruh apapun.

Tanda 40 Hari Menjelang Ajal :
Selepas ashar, jantung berdenyut-denyut. Daun yang bertuliskan nama kita di lauhul mahfudz akan gugur. Malaikat maut akan mengambil daun kita dan mulai mengikuti perjalanan kita sepanjang hari.

Tanda 7 Hari Menjelang Ajal :
Akan diuji dengan sakit, orang sakit biasanya tidak akan selera makan. Tapi dengan sakit ini malah tiba-tiba menjadi sangat berselera meminta makanan ini dan itu.

Tanda 3 Hari Menjelang Ajal :
Terasa denyutan di dahi. Jika tanda ini dirasa, maka berpuasalah, agar perut tidak banyak najis dan memudahkan urusan yang memandikan.

Tanda 1 Hari Menjelang Ajal :
Di waktu ashar, merasa 1 denyutan di ubun-ubun, menandakan bahwa tidak sempat menemui ashar besok harinya.

Bagi yang khusnul khotimah akan merasakan sejuk di bagian pusar, kemudian ke pinggang lalu ke tenggorokan, maka dalam kondisi ini hendaklah mengucapkan Laa Ilaaha Illallah...

Sahabat, ternyata subhanallah, Imam Ghazali sudah mengetahui tanda-tanda kematiannya. Beliau menyiapkan sendiri keperluannya, beliau juga sudah mandi dan wudhu, mengkafani sendiri, kecuali bagian wajah. Kemudian beliau memanggil saudaranya Imam Ahmad untuk menutupi wajahnya...

Malaikat maut akan menampakkan diri pada orang-orang yang terpilih, dan semoga kita menjadi hambaNya yang terpilih dan siap menerima kematian kapanpun, dimanapun :)
Aamiin Yaa Rabbal 'Alamiin..

Wallahu 'alam bishowab..


Read More..

Diskusi : Filsafat Manusia (?)

Sambungan dari Postingan Sebelumnya ....


Pertanyaan 3 :
·         Bagaimana hubungan antara vitalisme, mekanisme, agnotisme, dan filsafat pancasila dalam menjelaskan filsafat ilmu alam? Jelaskan beserta contohnya ?

Jawaban :
·         M. Abdan Shadiqi (I1C108236)
Hubungan vitalisme dengan filsafat pancasila terdapat pada sila yang pertama, yaitu Ketuhanan yang Maha Esa.

·         Yohana Linda Pabontong (I1C108228)
Hubungan keempat hal tersebut adalah mencoba menjawab apa yang terjadi di alam semesta, seperti : kapan terjadinya hukum alam di alam semesta?

·         Renita Krisdianti (I1C108219)
Dari hubungan keempat aspek tersebut akan muncul pemikiran baru yang berasal dari berbagai macam pemikiran. Filsafat pancasila menengahi tentang keempat hal tersebut.

·         Bela Itri Agriani (I1C108206)
Contoh hubungan dari keempat hal tersebut adalah  Kiamat, yang mana sebagai umat beragama meyakini akan adanya hari kiamat tersebut dan juga sebagai manusia yang mempelajari tentang teori-teori bumi hancur, maka akan terjadi gabungan teori dan pemikiran tentang hal tersebut. Jadi tidak hanya melihat suatu fenomena di alam semesta dari satu pemikiran atau teori saja.

·         Angga Aribowo (I1C108204)
Contoh hubungan dari keempat hal tersebut dalam menjelaskan tentang filsfat ilmu alam adalah  Etika, etika merupakan cabang filsafat yang menjelaskan perbuatan baik dan buruk, sesuai sila kedua dalam fisafah pancasila, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Kesimpulan 
Jadi hubungan antara keempat aspek dalam ilmu alam tersebut saling berkaitan, dalam memahami suatu fenomena tentang ilmu alam maka tidak hanya melihat dari satu sisi saja, tetapi harus melihat dari berbagai sisi yang akan melengkapi pengetahuan kita. Contohnya saja tentang kiamat, yang harus dilihat dari segi kepercayaan yang berasal dari Tuhan, ataupun melihat hal tersebut dari teori-teori yang menjelaskan tentang keadaan bumi di masa yang akan datang.

Nah Bagaimanakah Menurut Anda ?


:)




****
Kangen Kuliah, Kangen, Kangen
Read More..

Diskusi : Kepuasan Manusia (?)


Sambungan dari posting sebelumnya .... 

Pertanyaan 2
·         Jelaskan mengapa manusia dapat berkata bahwa “ia puas”, sedangkan kita tahu bahwa manusia merupakan makhluk yang tidak pernah merasa puas ?

Jawaban :
·         Fransisca Agustina (I1C108202)
Seseorang akan merasa puas apabila kebutuhan prioritasnya terpenuhi, walaupun kebutuhan sekunder belum terpenuhi. Misalnya : makan à puas, padahal hal lainnya belum merasa puas. (Sesuai dengan teori kebutuhan Maslow).

·         Yohana Linda Pabontong (I1C108228)
Manusia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga akan mengalami  ketidakpuasan, jadi terus mencari apa yg menyebabkan ketidakpuasaan tersebut, sehingga manusia tidak akan pernah puas, walaupun ia sudah berkata bahwa ‘ia puas’.

·         Febrian Dwi Rahadi (I1C108209)
Kepuasaan seseorang itu relatif, sesuai standar yang dia miliki. Kepuasaan tercapai apabila hal yang diinginkan tercapai. Jadi apabila hal yang sudah ia inginkan tercapai ia akan merasa puas, tetapi apabila masih ada hal yang belum tercapai sesuai prioritasnya maka ia tidak akan puas.

·         Felix Tamahiwu (I1C108232)
Ilmu alam sangat luas. Manusia yang tidak pernah puas adalah  manusia yang tidak punya tujuan. Manusia punya tujuan  akan puas apabila tujuannya tercapai.

Kesimpulan 
            Jadi, manusia itu dapat berkata puas apabila tujuannya sudah tercapai, apa yang menjadi prioritasnya terpenuhi, dan manusia yang berkata tidak puas itu karena tujuan belum terpenuhi dan juga memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap berbagai macam hal.


Nah, Bagaimana Menurut Anda? :)

Read More..

Diskusi : Keterbatasan Ilmu (?)

Pada entry ini  saya tampilkan pertanyaan yang pernah kami lontarkan dikelas IKD yang membahas tentang Sejarah Ilmu Pengetahuan Manusia dan Pengetahuan Alam. Jadi pertanyan itu ditanggapi oleh temen-temen sekelas saya. Berikut diskusinya :


Pertanyaan 1
·         Bagaimana caranya agar keterbatasan ilmu alam dapat ditutupi dan bagaimana solusinya agar tidak kalah dengan ilmu-ilmu lainnya ?

Jawaban :
·         M. Abdan Shadiqi (I1C108236)
Keterbatasan ilmu alam diantaranya :
-          Wahana ilmu alam hanyalah metode ilmu ilmiah yang diterapkan
-           Tujuannya mencari kebenaran
-          Nilainya hanya dapat dinilai oleh ilmu alam itu sendiri
Sehingga, dari keterbatasan ilmu alam itu agar dapat ditutupi dan tidak kalah dengan ilmu lain harus dilakukan perpaduan dengan ilmu-ilmu yang lain. Misalnya perpaduan antara ilmu alam dan ilmu sosial.
·         Renita Krisdianti (I1C108219)
Cara agar keterbatasan ilmu alam dapat ditutupi adalah dengan mengadakan penelitian baru tentang perkembangan ilmu alam.
·         Istianah (I1C108205)
Cara agar keterbatasan ilmu alam dapat ditutupi adalah dengan mengadakan penelitian baru sehingga mendapatkan teori yang lebih sempurna (kompleksitas teori), dan teorinya berkembang.
·         Bela Itri Agriani (I1C108206)
Cara agar keterbatasan ilmu alam dapat ditutupi adalah dengan penelitian yang akan menghasilkan teori, dari teori tersebut akan muncul cabang ilmu baru untuk mengembangkan dan mengspesifikkan ilmu alam tersebut, sehingga ilmu alam menjadi semakin luas dan kompleks.
·         Maya Irka Anggraini (I1C108207)
Solusi agar tidak kalah dengan ilmu lain adalah dengan  mengembangkan/memperluas cabang-cabang ilmu alam sehingga semakin fokus dan dapat diterapkan sesuai perkembangan ilmu alam tersebut. Jadi tidak dilakukan perpaduan dengan ilmu-ilmu yang lain, hanya mengembangkan ilmu alam itu sendiri.

Tanggapan :
·         M. Abdan Shadiqi (I1C108236)
Apabila tidak dilakukan perpaduan dengan ilmu-ilmu yang lain, maka ilmu alam akan terbatas juga bidang keilmuannya.
·         Bela Itri Agriani (I1C108206)
Apabila dipadukan / dicampur dengan ilmu-ilmu lainnya maka tidak bisa menerapkan metode ilmiah yang merupakan ciri khas dari ilmu alam.

Kesimpulan 
            Jadi, keterbatasan ilmu-ilmu alam dapat ditutupi dengan cara mengembangkan ilmu alam tersebut dengan mengadakan penelitian baru, agar dihasilkan teori baru yang akan melengkapi dan/atau merevisi teori-teori terdahulu, sehingga akan muncul cabang-cabang ilmu alam yang akan memperluas perkembangan ilmu alam tersebut. Solusi agar ilmu alam tidak kalah dengan ilmu-ilmu yang lainnya adalah dengan mengembangkan ilmu alam tersebut terlebih dahulu agar lebih luas dan dengan melakukan perpaduan antara ilmu alam dengan ilmu-ilmu yang lain, tetapi yang dikhawatirkan adalah perpaduan ilmu alam tersebut akan membuat ilmu alam tidak menjadi khas lagi karena tidak bisa menerapkan metode ilmiah yang merupakan ciri khas dari ilmu alam.


Nah Bagaimana Menurut Anda ?

***
Efek kangen kuliah, buka-buka email dan nemu diskusi beginian... :))


Read More..

Environmental Psychology : Persepsi Lingkungan


Persepsi Lingkungan
A.      Persepsi
Pengertian persepsi merupakan suatu proses dimana individu menginderakan objek di lingkungannya, kemudian memproses hasil penginderaannya itu dan timbullah makna tentang objek itu pada diri individu tersebut.

1.      Persepsi menurut Psikologi Lingkungan
Menurut UU No.4/1982 tentang lingkungan hidup, yang dinamakan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Manusia mengerti dan menilai lingkungan dapat didasarkan pada dua cara pendekatan, yaitu sebagai berikut:

·         Pandangan konvensional
Secara umum, pandangan konvensional ini menganggap persepsi sebagai kumpulan penginderaan/ sensation. Jadi, kalau kita melihat sebuah benda terbuat dari kayu, berkaki empat maka kumpulan penginderaan itu akan diorganisasikan secara tertentu, dikaitkan dengan pengalaman dan ingatan masa lalu, dan diberi makna tertentu sehingga kita bisa mengenal, misalnya sebagai kursi. Cara pandang ini dinamakan juga pendekatan konstruktivisme. Karena adanya fungsi aktif dari kesadaran manusia, pandangan konvensional ini kadang-kadang digolongkan juga kepada pandangan fungsionalisme.

·         Pendekatan ekologik
Pendekatan ini dikemukakan oleh Gibson (Fisher et al, 1984:24). Menurut Gibson individu tidaklah menciptakan makna-makna dari apa yang diinderakannya karena sesungguhnya makna itu telah terkandung dalam stimulus itu sendiri dan tersedia untuk organism yang siap menyerapnya. Ia berpendapat bahwa persepsi terjadi secara langsung dan spontan. Jadi, bersifat holistic. Spontanitas itu terjadi karena organisme selalu menjajaki (eksplorasi) lingkungannya dan dalam penjajakan itu ia melibatkan setiap objek yang ada dilingkungannya dan setiap objek menonjolkan sifat-sifatnya yang khas untuk organisme yang bersangkutan. Misalnya sebuah pohon, tampil dengan sifat-sifat yang berdaun rindang dan berbatang besar maka sifat-sifat ini menampilkan makna buat manusia sebagai tempat berteduh. Sifat-sifat yang menampilkan makna ini disebutkan oleh Gibson affordances (afford = memberikan, menghasilkan, dan bermanfaat).

2.      Skema Persepsi
Setelah manusia menginderakan objek dilingkungannya, ia memproses hasil penginderaan itu dan timbullah makna tentang objek itu pada diri manusia bersangkutan yang dinamakan persepsi.
(Paul A. Bell dk 1978:89) membuat skema persepsi sebagai berikut :

Dalam skema diatas terlihat bahwa tahap paling awal dari hubungan manusia dengan lingkungannya adalah kontak fisik antara individu dengan objek-objek lingkungannya. Obejek tampil dengan kemanfaatannya masing-masing, sedangkan individu datang dengan sifat-sifat individualnya, pengalaman masa lalunya, bakat, minat, sikap,  dan berbagai ciri kepribadiannya masing-masing pula.

            Hasil interaksi individu dengan objek menghasilkan persepsi individu tentang objek itu. Jika persepsi itu berada dalam batas-batas optimal maka individu itu dikatakan dalam keadaan homeostatis, yaitu keadaan yang serba seimbang. Sebaliknya, jika objek dipersepsikan sebagai di luar batas-batas optimal maka individu itu akan mengalami stress dalam dirinya. Tekanan-tekanan energy dalam dirinya meningkat sehingga orang itu harus melakukan coping untuk menyesuaikan dirinya atau menyesuaikan lingkungan pada kondisi dirinya.

            Sebagai hasil coping behavior ada dua kemungkinan yang bisa terjadi. Pertama, tingkah laku coping itu tidak membawa hasil yang diharapkan, hal ini bisa menyebabkan stress berlanjut. Kedua, tingkah laku coping yang berhasil . Dalam hal ini terjadi penyesuaian antara diri individu dengan lingkungannya (adaptasi) atau penyesuaian keadaan lingkungan pada diri individu (adjustment).


3.      Pengaruh Kebudayaan Terhadap Persepsi
Pengaruh kebudayaan termasuk kebiasan hidup, Nampak juga dalam berbagai gejala hubungan manusia dengan lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, penduduk perkampungan kumuh di kota-kota besar yang biasanya menggunakan air kali untuk kepentingan sehari-hari seperti mandi, cuci, dan sebagainya.  Mempersepsikan air kali itu sebagai suatu hal yang masih dalam batas-batas optimal sehuingga mereka menggunakan air kali itu seenaknya saja. Sebaliknya, orang yang biasa tinggal di pemukiman mewah, tidak mungkin mau menggunakan air kali itu, walaupun hanya untuk mencuci mobil karena air kali itu dipersepsikan di luar batas optimal (terlalu kotor).

Pengaruh usia dan pengaruh agama juga mempengaruhi persepsi seseorang yang menyebabkan persepsi setiap orang mungkin saja berbeda-beda.


4.      Perubahan Persepsi
Persepsi itu bukan sesuatu yang statis, melainkan bisa berubah-ubah. Proses perubahan  disebabkan oleh:
a.       Proses faal (fisiologik) dari system syaraf pada indera-indera manusia.
Jika suatu stimulus tidak mengalami suatu perubahan, misalnya maka akan terjadi adaptasi dan habituasi, yaitu respon terhadap stimulus makin lama makin melemah. Misalnya, saat seseorang mendekati tempat sampah mula-mula ia akan mencium bau sampah sehingga reaksinya adalah menutup hidungnya. Akan tetapi, setelah beberapa saat bau itu seolah-olah tidak tercium lagi.

b.      Proses psikologik
Proses perubahan persepsi secara psikologik antara lain di jumpai dalam pembentukkan dalam perubahan sikap. W. Mc Guiere mendefinisikan sikap sebagai respons manusia yang menempatkan objek yang di pikirkan ke dalam suatu demensi pertimbangan.

Objek yang di pikirkan segala sesuatu ( benda, orang, hal , isu ) yang di nilai oleh manusia. Dimensi pertimbangan adalah semua skala positif negafif seperti dari baik ke buruk, dari jelek ke bagus, dari haram ke halal, dari sah ke tidak sah, dari enak ke tidak enak. Dengan demikian, sikap adalah menempatkan suatu objek ke dalam salah satu skala itu.

Pembentukkan dan perubahan itu dalam psikologi biasanya di terangkan sebagai proses belajar  atau sebagai proses kesadaran ( kognisi ). Ada beberapa teori yang menerangkan proses belajar pada manusia. Misalnya, teori konditioning klasik. Teori instrumental dari skinner, dan teori belajar dari bandura.

Ada dua teori tentang perubahan sikap di tinjau dari sudut kesadaran, yaitu yang pertama, teori psikologik dari Jack Bhrem. Menurut teori ini manusia cenderung ingin mempunyai kebebasan untuk memilih, membuat keputusan dan bertindak.

Yang kedua, teori  disonan kognitif dari Festinger. Menurut teori ini orang tidak suka kalau dalam dirinya terdapat element-element kesadarn yang saling bertentangan ( keadaan disonan ). Dalam keadaan disonan orang cenderung mengubah pola piker atau tingkah lakunya agar tejadi keseimbangan antara element-element itu dalam ( keadaan konsonan ).


5.      Estetika Lingkungan
Ada dua konsep utama dalam pandangan Berlyne mengenai estetika lingkungan, yaitu perbandingan stimulus mana yang cocok dan yang tidak cocok dan eksplorasi spesifik versus eksplorasi diversif. Dalam perbandingan timbul konflik perseptual yang mentebabkan orang membandingka satu stimulus dengan stimulus lainnya. Dari hasil perbandingan itulah orang yang menetapkan mana yang lebih bagus atau lebih indah, dan sebagainya.

Faktor-faktor yang di pertimbangkan dalam perbandingan itu, menurut Berlyne sebagai berikut:
a.       Kompleksitas, yaitu berapa banyak ragam kompenen yang membentuk suatu lingkungan . Makin banyak ragamnya, maka makin positif penilaian yang diberikan.
b.      Novelty atau keunikan, yaitu seberapa jauh lingkungan itu mengandung kompenen-kompenen itu, yang tidak ada di tempat lain, yang baru atau yang sebelumnya tidak terlihat.
c.       Incongruity atau ketidaksenadaan, yaitu seberapa jauh suatu faktor tidak cocok dalam konteks lingkungannya.
d.      Kejutan, yaitu seberapa jauh kenyataan yang ada tidak sesuai dengan harapan.


Dalam konsep tentang ekspolarasi, Berlyne membedakan dua jenis eksplorasi , yaitu
a.       Eksplorasi diversif  (melebar) terjadi jika  seorang kurang mendapatkan sttimulasi sehingga ia mencari-cari lingkungannya untuk mencari stimuli yang mungkin ada.
b.      Eksplorasi spesifik, terjadi jika seorang di bangkitkan perhatiannya oleh sebuah stimulus tertentu dan berusaha ketidak pastiannya atau keingintahuannyadengan berusaha memperhatikan lebih khusus lagi stimulus itu.

Estetika lingkungan juga di pengaruhi  oleh kesukaan yang berbeda-beda. S.Kaplan dan R.Kaplan menyatakan bahwa preperensi itu di tentukan oleh beberap hal , yaitu :
a.       Keteraturan (coherence). Semakin teratur semakin disukai
b.      Texture, yaitu kasar lembutnya sutu pandangan. Semakin lembut semakin disukai.
c.       Keakraban dengan lingkungan. Makin dikenal suatu lingkungan maka makin disukai.
d.      Keluasan ruang pandang. Makin luas ruang pandang maka maki disukai.
e.       Kemajemukam rangsang. Semakin banyak elemen yang terdapat dalam pandangan, makin disukai.
f.       Misteri atau kerahasiaan  yang tersembunyi dalam pemandangan.

6.      Persepsi Terhadap bencana
Hal lain yang mendapat perhatian khusus dalam psikologi lingkungan berkaitan dengan persepsi adalah persepsi terhadap bencana.
Faktor  yang mempengaruhi persepsi terhadap bencana, menurut Burton dan Kates adalah efek dari bencana itu sendiri terhadap persepsi yang di katakannya terdiri dari atas tiga tahap, yaitu
a.       Efek krisis (crisis effect)  terjadi pada awal bencana dan selama bencana itu berlangsung. Efek krisis melahirkan gagasan yentang bagaimana mengatasi bencana itu jika terjadi lagi pada masa yang akan datang.
b.      Efek tanggul, tindakan yang di ambil untuk mencegah bencana berikutnya. Efek tanggul ini tindakan lanjut dari gagasan yang timbul sebagai efek krisis.
c.       Adaptasi. Seperti halnya adaptasi terhadap kebisingan atau bau manusia juga beradaptasi terhadap bencana alam. Dalam hal ini efek tanggul menjadi permanen.



Read More..

CRITICAL REVIEW : “Good Behavior” dan “Missbehavior”, Apa Ukurannya?

Oleh : Asmiani Fawziah

Pada entry sebelumnya, disini saya memposting tentang artikel : Good behavior, missbehavior, apa ukurannya? Artikel ini tampak menarik di bagian judulnya yang mana akan membahas sekelumit ukuran dan indikator anak murid yang good dan miss behavior-nya? Namun, kami belum menemukan secara tersurat bagaimana indikator tersebut.

Apakah good behavior itu??

Good behavior ditandai dengan perilaku murid sekolahan, baik sekolah dasar, sekolah lanjutan, maupun sekolah menegah, bahkan bisa juga mahasiswa kampus perguruan tinggi, yang manis, yang memperhatikan guru, yang menjadi anak emas sang pengajar, dan membuat hati guru menyenangkan karena ulahnya. Good behavior, perilaku yang baik secara gamblangnya, jelas saja anak yang memiliki perilaku baik akan mendapatkan poin plus-plus dari sudut pandang pengajarnya, tapi bagaimana tolak ukur murid yang memiliki ‘good behavior’  tersebut? Bagaimana juga mengembangkan anak yang miss menjadi good?

Nah, pertanyaan di atas, akan kita kita bahas one by one, step by step, di bawah ini.

Setiap anak tentunya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, di mana ada anak yang miss, maupun ada juga yang good, kami meyakini bahwa setiap anak ‘normal’ pastilah menginginkan perilaku yang good, begitu juga dengan orang tua dan guru pengajarnya di sekolah. Orang tua  mana yang rela anaknya berperilaku miss sehingga menjadi trouble maker dalam kehidupan keluarga, yang membuat masalah tak kunjung reda, tak ada habisnya dan hanya membuat pusing mereka. Guru atau pengajar mana pula yang ingin mempunyai anak didik yang berperilaku miss, ‘kepiawaan guru atau pengajar’ akan dipertanyakan ketika memiliki sejumlah anak didik yang miss, karena ada indikasi apakah salah muridnya atau bahkan salah gurunya.


Berbicara mengenai good dan miss behavior , ini adalah berbicara mengenai perilaku, perilaku yang diamati atau dapat dilihat berdasarkan pengalaman , bukan proses mental, di mana behavior tersebut adalah suatu konsep pembelajaran, mengapa pembelajaran? Karena behavior ini dapat berubah pada seseorang karena pengalamannya. Jadi tersiratnya perilaku miss bisa berubah menjadi good, dan perilaku good-pun dapat berubah menjadi miss.


Bagaimana indikator good behavior?
Kami mendiskusikan bahwa suatu perilaku itu adalah suatu yang berjalan secara non-absolute, tidak mutlak, dasarnya adalah individu dapat memanipulasi perilakunya dalam situasi ataupun kondisi yang dia inginkan. Behavior juga menjelaskan tentang belajar, yaitu perubahan perilaku yang dapat diamati, dinilai, dan diukur secara konkret. Jadi of course, bahwa suatu perilaku tentunya mempunyai tolak ukur tersendiri. Apabila sudah memenuhi tolak ukur suatu perilaku yang berubah dari tolak ukur perilaku sebelumnya, maka itulah yang disebut belajar, ada perubahan yang terjadi.

Beberapa indikator anak yang ‘good behavior’ di sekolah adalah sebagai berikut :
·         Aktif dalam kegiatan belajar mengajar
·         Memperhatikan pengajar ketika menjelaskan di dalam kelas
·         Tidak membuat keributan pada saat kegiatan belajar mengajar
·         Tidak melanggar ketentuan aturan dan norma yang berlaku di sekolahnya
·         Disiplin pada tata tertib sekolah


Sekelumit penjabaran ukuran lain masih banyak lagi ditemukan berdasarkan case study analysis, tapi kami memberikan batasan bahwa yang menjadi indikator utama anak yang memiliki ‘good behavior’ adalah yang tercantum di atas.

Lantas, bagaimana dengan Miss behavior?

Apakah miss behavior itu?
Miss behavior adalah perilaku yang menyimpang yang terjadi pada anak sekolahan, baik sekolah dasar, sekolah lanjutan, sekolah menegah, ataupun mahasiswa perguruan tinggi. Underlined disini adalah perilaku menyimpang.

Apakah perilaku menyimpang tersebut?
Perilaku menyimpang pada umumnya dijelaskan para ahli sebagai perilaku yang berbeda dengan perilaku pada umumnya. Berbeda dari segi psikososial dan behavior yang tercermin dalam kehidupannya sehari-hari di masyarakat, sekolah pada umumnya karena artikel kasus di atas  mengenai kasus yang banyak dan dapat dikatakan semua sekolah mempunyai problem yang sama.

Beberapa indikator miss behavior?
·         Anak melanggar ketentuan, aturan, norma, dan tata tertib sekolah
·         Tidak disiplin
·         Membuat keributan di dalam kelas ketika kegiatan belajar mengajar
·         Tak acuh pada guru pengajar
·         Bertengkar dengan teman-temannya
Dari kutipan artikel di sini bahwa miss behavior yang paling sering terjadi adalah perkelahian, keributan di kelas, menggosip bersama teman ketika kegiatan belajar mengajar di kelas, telat datang ke sekolah, merokok, piercing, tato, bolos sekolah, narkoba, ataupun pornografi.

Nah, yang menjadi masalah sekarang dan menjadi blocked point seperti tertera pada akhir artikel yaitu kata terakhir dari artikel itu ---> “” Sekali lagi, perilaku “menyimpang” anak di sekolah mesti disikapi secara kritis pada jaman ini, setujukah anda? “”

Ketika disodorkan sebuah pertanyaan tersebut yang menjadi ulasan kami itu, tentulah kami menyetujui bahwa miss behavior harus disikapi dengan serius, dengan kritis dan benar-benar sehingga apa yang menjadi trouble maker pada sekolah dapat diatasi, dapat diminimalkan dengan adanya modifikasi perilaku agar dapat menjadi good behavior.

Apa yang harus dilakukan?
Artikel di atas telah menjelaskan mengenai solusi dan strategi bagaimana menangani anak yang bermasalah, dan bagaimana mendorong sikap disiplin anak. Segelintir solusi telah diungkapkan penulis bagaimana menyikapinya. Namun, kami belum puas apabila belum memberikan kontribusi yang berarti dalam critical review ini? Bagaimana peran psikologi pendidikan yang telah kami pelajari di bangku kuliah semester 3 ini dapat memberikan applied nyata pada kasus tersebut, lebih kami kerucutkan lagi, bagaimana peranan dan teaching strategies untuk pengajar, guru BP/BK (bimbingan penyuluhan dan konseling), dan peran serta orang tua anak didik tersebut dari sudut pandang teori belajar dan tingkah laku (behavioristik)?

Dari orientasi artikel kasus di atas, terlihat bahwa seorang anak menceritakan pengalaman ‘tidak nyaman’nya di kelas ketika dia yang mau konsentrasi dengan pelajaran yang disampaikan oleh pengajarnya dengan bersamaannya terjadi keributan yang mengganggu. Namun apa yang didapatkan sang anak? Guru malah memarahinya dan menyuruh keluar kelas, tidak mengizinkan masuk ke kelas, meminta agar anak tersebut minta maaf, dan memanggil orang tua anak didik tersebut.

Apakah sikap guru tersebut benar?
Bagaimana kita menyikapinya?
Dapat dilihat dan diamati serta dianalisis disini bahwa seorang anak itu memerlukan teman curhat untuk berbagi keluh kesahnya. Apabila tidak mendapatkan sosok teman curhat di sekolah anak akan curhat dengan orang tuanya, apabila kembali tidak mendapatkan sosok tersebut anak akan curhat pada temannya. Jadi harus ada dukungan dan peran serta sosial agar anak menjadi good behavior-nya.

Lantas apakah cukup dengan sosok teman curhat saja, setidaknya itu adalah poin pertama yang dapat kami ambil dari artikel kasus diatas.

Sikap sang guru pada word story tersebut terlihat bahwa guru itu masih belum dapat memahami dan mengerti keadaan muridnya. Terbukti bahwa pembelajaran beliau pun belum mendapatkan perhatian khusus dari anak didik, ada anak didik yang ribut, saling mengosip, lempar kertas, dan lain-lain. Jadi satu hal yang menjadi pertanyaan besar, guru tersebut hanya mengajar saja kah? Hanya menyampaikan materi tanpa harus mengetahui anak didiknya paham atau tidak? Suatu kesalahan yang fatal, apabila seorang guru pengajar hanya mempunyai nilai pemahaman bahwa seorang guru seperti itu.

Mengapa sang guru tersebut bersikap “menang sendiri” — meyakini bahwa apa yang dia pikirkan dan yakini adalah sebuah kebenaran mutlak. Parker J. Palmer (1998) mengingatkan bahwa salah satu kesulitan paling besar bagi guru untuk memainkan peran utama sebagai pendidik adalah kecenderungan untuk berpikir “either-or”, atau dalam konteks polaritas hitam-putih. Sang guru adalah produk masa lalu dari keluarganya, mengalami proses pendidikan selama bertahun-tahun, dan berinteraksi dengan beragam orang. Berbagai pengalaman macam itu berpadu dan membentuk struktur pengetahuan yang menjadi ideologi — tatanan nilai yang diakui kebenarannya. Persoalannya adalah ketika sang guru tidak tumbuh dalam kultur reflektif — yang mengamini kebenaran tunggal sebagai hal mutlak yang tidak bisa diganggu gugat. Ketika dihadapkan dengan perspektif berbeda dia akan memberontak. Guru macam ini bukan berarti tidak pandai. Tetapi sikapnya terhadap realitas hidup yang kompleks bisa jadi sangat kaku dan telah memfosil.

Terlihat juga bagaimana guru tersebut tanpa mendengarkan dan menerima penjelasan dari murid langsung bersikap menyuruh anak tersebut keluar, meminta agar memohon maaf dan memangil orang tuanya, apakah itu solusi menangani anak yang miss?


Jadi bagaimana solusinya?
Pemahaman pada anak didik adalah poin utama, bagaimana memaknai keadaan anak didik, mengoptimalkan pemahamannya dan mengerti akan situasi yang terjadi, seorang guru pengajar harus mempunyai strategi tertentu agar ia dapat lebih mengenal dan dapat mengidentifikasikan keadaan anak didik.

Maka dari itu kami mengidentifikasikan bagaimana indikator dari perilaku miss dan good.
Kemudian, apa yang harus dilakukan agar perilaku good tetaplah good behavior-nya dan perilaku miss menjadi good?

1.      Guru dan orang terdekat khususnya di sekolah dapat mengidentifikasi perilaku pada anak didik tersebut, sehingga dalam modifikasi perilaku guru dapat memberikan reinforcer yang tepat pada murid tersebut.
2.      Memberikan indikator perilaku apa yang ingin dicapai dan ditargetkan.
3.      Memberikan reinforcer dan punishment yang tepat dengan kriteria yang telah ditentukan.
4.      Mengobservasi dan terus memantau perkembangan dari anak didik tersebut.
5.      Apabila telah menunjukkan tanda-tanda keberhasilan dalam modifikasi tersebut, maka guru dapat mengurangi reinforcer-nya.

Jadi, titik sentral untuk perbaikan perilaku tersebut ada dipundak guru pengajar ketika di sekolahnya, namun tetap dengan pemantauan dan pengawasan dari orang tua selaku wali murid dari anak didik tersebut, sehingga problem yang menjadi trouble maker itu dapat diminimalkan.
Menyinggung mengenai reinforcer yang tertulis pada solusi mengatasi anak bermasalah, reinforcer itu adalah suatu program yang  tepat dilakukan oleh guru pengajar kepada anak didiknya, sehingga motivasi untuk berperilaku baik (good behavior) tertanam padanya. Namun, harus diperhatikan, bahwa reinforcement yang diberikan harus sesuai dan mendukung pada perilakunya yang baik. Sehingga tidak menanamkan sikap yang akan menjadi ‘habit’ pada anak didik tersebut.
Pengaruh pemberian reinforcement pada anak didik sudah dapat dibuktikan pada penelitian sebelumnya, yang mana signifikan dapat mempengaruhi perilakunya. Anak didik akan merasa bahwa dia dihargai akan apa yang dia lakukan dan menjadi sadar bahwa perilaku miss yang ditimbulkan hanya berdampak negatif saja.


 




Read More..