Jumat, 12 April 2013

Teori Psikoanalisis Sosial : Erich Fromm


TEORI PSIKOANALISIS SOSIAL
ERICH FROMM
Biografi
Erich Fromm lahir pada tahun 1900 di Frankfurt, Jerman. Keluarga Erick Fromm adalah keluarga yang taat beragama Yahudi, setelah dewasa dia menjadi seorang mistikus yang atheis. Fromm menerima gelar Ph.D-nya dari Heidelberg tahun 1922, dan setelah itu berkarir sebagai psikoterapis. Menjelang akhir karirnya, dia pindah mengajar ke Mexico city dan melakukan berbagai penelitian tentang hubungan kelas-kelas ekonomi dengan tipe-tipe kepribadian dan meninggal pada tahun 1980 di Swiss. 


Teori
Keunikan teori Fromm terletak pada usahanya menggabungkan Freud dan Mark. Di satu sisi, Freud memfokuskan teorinya pada alam bawah sadar, kebutuhan-kebutuhan biologis, refresi dan lain sebagainya. Freud mempostulatkan bahwa karakter manusia ditentukan oleh aspek biologis. Sedangkan Mark berpendapat bahwa manusia ditentukan oleh masyarakat tempat hidupnya, khususnya oleh sistem ekonomi yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
Fromm menambahi dua sistem deterministik yaitu ide tentang kebebasan. Fromm mengarahkan orang untuk melampaui determinisme yang ditentukan oleh Freud dan Marx. Sebenarnya Fromm menjadikan ide tentang kebebasan ini sebagai karakteristik utama manusia. contoh determinasi sendiri adalah determinisme biologis ala Freudian yang merupakan binatang. Binatang tidak mencemaskan masalah kebebasan, insting mereka telah disiapkan menghadapi segala sesuatu. Tupai, misalnya, tidak perlu pusing-pusing memikirkan mereka akan jadi apa setelah dewasa. Mereka harus jadi tupai, itu saja.
Sementara contoh determinisme ala Mark adalah masyarakat tradisional zaman pertengahan. Seperti Tupai, sedikit sekali orang dizaman pertengahan yang memilih karir sebagai konsultan psikologis, karena memang tidak ada yang butuh konsultasi. Pada kenyataan bahwa kebebasan kita dibatasi oleh determinisme biologis dan sosial tidaklah dapat diingkari.
Jadi, ide tentang individu, yaitu pikiran, perasaan, kesadaran moral, kebebasan dan tanggung jawab individual, memerlukan waktu 500 tahun untuk tumbuh menjadi seperti sekarang. Tapi dengan datangnya individualitas, maka muncul pula isolasi, alienasi, dan keraguan. Kebebasan menjadi sesuatu yang susah diperoleh dan kita cenderung melarikan dirinya.

Kondisi Eksistensi Manusia
1.      Dilema Eksistensi
Menurut Fromm hakekat manusia bersifat dualistik.
Empat dualistik dalam diri manusia yang merupakan kondisi dasar eksistensi manusia, yaitu :
1)      Manusia sebagai binatang dan sebagai manusia
2)      Hidup dan mati
3)      Ketidaksempurnaan dan kesempurnaan
4)      Kesendirian dan kebersamaan
2.      Kebutuhan Manusia
Menurut Fromm arti kebutuhan sesuai dengan eksistensinya sebagai manusia terbagai dua, yaitu kebutuhan kebebasan dan keterikatan dan kebutuhan untuk memahami dan beraktivitas.
1)      Kebutuhan kebebasan dan keterikatan
a.      Keterhubungan (relatedness)
Kebutuhan mengatasi perasaan kesendirian dan terisolasi dari alam dan dari dirinya sendiri.
b.      Keberasalan (rootedness)
Kebutuhan untuk memiliki ikatan-ikatan yang membuatnya merasa nyaman  di dunia.
c.       Menjadi pencipta (transcendency)
Manusia membutuhkan peningkatan diri, berjuang untuk mengatasi sifat pasif dikuasai alam menjadi aktif, bertujuan dan bebas, berubah dari makhluk ciptaan menjadi pencipta.
d.      Kesatuan (unity)
Kebutuhan untuk mengatasi eksistensi keterpisahan antara hakekat binatang dan non binatang dalam diri individu.
e.      Identitas (identity)
Kebutuhan untuk menjadi “aku” kebutuhan untuk sadar dengan dirinya sendiri sebagai sesuatu yang terpisah.
2)      Kebutuhan untuk memahami dan beraktivitas
a.      Kerangka orientasi (frame of orientation)
Orang membutuhkan peta hidup mengenai dunia sosial dan dunia yang dialaminya. Kerangka orientasi adalah seperangkat keyakinan mengenai  eksistensi hidup, perjalanan hidup-tingkah laku bagaimana yang harus dikerjakan, yang mutlak dibutuhkan untuk memperoleh kesehatan jiwa.
b.      Kerangka kesetiaan (frame of devotion)
Kebutuhan untuk memiliki tujuan hidup yang mutlak. Kerangka pengabdian adalah peta yang mengarahkan pencarian makna hidup, menjadi dasar dari nilai-nilai dan titik puncak dari semua perjuangan.
c.       Keterangsangan-stimulasi (excitation-stimulation)
Kebutuhan untuk melatih sistem syaraf, untuk memanfaatkan kemampuan otak.
d.      Keefektivan (efectivity)
Kebutuhan untuk menyadari eksistensi diri melawan perasaan tidak mampu dan melatih kompetensi.
3.      Mekanisme melarikan diri dari kebebasan
Menurut Fromm ciri orang yang mentalnya sehat adalah orang yang mampu bekerja produktif sesuai dengan tuntunan lingkungan sosialnya, sekaligus mampu berpartisipasi dalam kehidupan penuh cinta.
Menurut Fromm, normalitas adalah keadaan optimal dari pertumbuhan (kemandirian) dan kebahagiaan (kebersamaan) dari individu.
Ada dua cara untuk memperoleh makna dan kebersamaan dalam kehidupan. Pertama, mencapai kebebasan positif dan kedua, memperoleh rasa aman.

Fromm mengemukakan 3 bentuk pelarian diri dari kebebasan(escape from Freedom) :
1. otoritarianisme. Kita lari dari kebebasan dengan cara meluruhkan diri dengan orang lain. Misalnya, dengan melibatkan diri ke dalam sistem yang otoriter seperti masyarakat zaman tengah. Ini terjadi dengan dua cara, pertama dengan takluk pada kekuasaan orang lain, menjadi pasif dan tunduk. Kedua, anda akan menjadi orang yang otoriter, artinya Anda menjadi orang yang menentukan struktur bagi orang lain.
Fromm mengatakan bahwa bentuk paling ekstrem dari otoritarianisme adalah Mesokhisme dan Sadisme. Menurutnya kedua sifat ini membuat orang dikuasai oleh keinginannya untuk memainkan peranan yang aneh dan berbeda dengan orang lain.

2. Destruktif. Orang yang otoriter menanggapi penderitaan mereka dengan cara mengecilkan, bahkan meniadakan diri mereka sendiri.
Fromm menambahkan bahwa kalau keinginan seseorang orang dirusak untuk menghalangi keadaan sekelilingnya, dia akan mengarahkan keinginan ini ke dalam (kepada dirinya sendiri). Bentuk paling ekstrem dari menyakiti diri sendiri ini adalah bunuh diri, tapi bentuk-bentuk lainnya juga sangat beragam seperti narkoba, alkoholisme sampai pada keinginan sampai selalu pasif. Dia membalik insting kematian ala Frued, karena keinginan menyakiti diri sendiri adalah wujud dari keputusasaan.

3. konformitas otomaton. Orang-orang otoriter lari dari kebebasan dengan cara bersembunyi dibalik hierarki kekuasaan yang otoriter. Masalahnya adalah masyarakat saat ini lebih mengutamakan kesetaraan, artinya tidak terlalu banyak hierarki kekuasaan yang bisa dijadikan tempat bersembunyi.
Cara ketiga ini adalah imbangan horizontal dari otoritarianisme yang bersifat vertical. Orang yang menggunakan konformitas otomaton persis seperti bunglon. Dia akan berubah sesuai dengan warna yang ada disekelilingnya. Keberadaan “hakiki” manusia adalah kebebasan, maka bentuk-bentuk pelarian dari kebebasan ini memencilkan kita dari diri sendiri.  Maksud Fromm disini adalah kebebasan yang betul-betul bersifat pribadi, bukan kebebasan politik (yang sering disebut “kemerdekaan”). Sebagai contoh, orang mengidap sadisme seksual (masokhisme seksual), orang seperti ini adalah orang yang memiliki persoalan psikologis sehingga mempengaruhi perilaku seksualnya.

Keluarga
Bentuk pelarian dari kebebasan yang anda lakukan sangat terkait dengan kondisi keluarga di mana Anda dibesarkan. Fromm menunjukan dua jenis keluarga yang tidak produktif :
1.      Keluarga-keluarga simbiotik
Simbiosis adalah hubungan dua makhluk hidup di mana keberadaan yang satu menentukan keberadaan yang lain. Dalam keluarga simbiotik beberapa anggota keluarga “dikuasai” oleh anggota keluarga yang lain. Contoh yang paling jelas adalah orang tua yang “menguasai” anaknya, sehingga kepribadian anak tumbuh menjadi bayangan keinginan orang tua. Dalam masyarakat tradisional hal ini biasa terjadi terutama pada diri anak-anak perempuan. Tapi ada pula anak yang menguasai orang tua, dalam kasus ini, anak mendominasi atau memanipulasi orang tua yang keberadaannya hanya melayani keinginan anaknya.
2.      Keluarga yang acuh tak acuh
Ciri keluarga ini adalah pengabaian yang dingin, kalau bukan kebencian yang dingin. Jenis keluarga yang “dingin” ini adalah bentuk pertama dari dua bentuk keluarga yang acuh tak acuh dalam peradaban manusia. Dalam keluarga ini, tuntunan orang tua kepada anak-anaknya sangat kuat, mereka diharapkan mampu meraih standar penghidupan yang lebih baik. Hukuman yang diberikan apabila anak berbuat salah dilaksanakan dengan “darah dingin” yang dijatuhkan “demi kebaikanmu sendiri”. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga ini sangat terdorong bahkan cenderung bernapsu untuk meraih kesuksesan sebagaimana yang diinginkan budaya yang membesarkan mereka. Bentuk kedua dari keluarga acuh tak acuh adalah keluarga modern. Perubahan cara pandang tentang bagaimana mengasuh anak telah membuat para orang tua tidak mau lagi menjatuhkan hukuman fisik dan perasaan bersalah kepada anak-anak mereka yang bersalah. Cara ini ditukar dengan gagasan yang lebih baru, yakni dengan menjadikan anak-anak setara dengan orang tua.seorang ayah menjadi “sahabat” anaknya. Atau seorang ibu menjadi “teman curhat”anaknya. Tapi masalahnya adalah ketika mereka mengontrol emosi anak-anak, orang tua cenderung tidak terlalu tanggap. Dalam keluarga seperti ini anak-anak tumbuh tanpa tuntunan orang tua mereka. Mereka meperoleh nilai-nilai yang diperlukan untuk tumbuh dewasa dari teman-teman atau dari media massa. Lari dari keluarga sangat kentara dalam keluarga ini, yaitu konformitas otomaton. Keluarga semacam inilah yang sanagat dicemaskan Fromm. Menurut Fromm keluarga sangat ideal jika orang tua bertanggung jawab dalam mendidikan dan memberdayakan akal pikiran anak-anaknya dalam suasana yang penuh cinta. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga semacam ini mampu memperlihatkan kebebasan mereka dan bertanggung jawab pada diri mereka sendiri serta kepada masyarakat secara keseluruhan.

Alam bawah sadar sosial
Hampir setiap keluarga merupakan refleksi dari masyarakat dan kebudayaan dimana keluarga itu berada. Fromm menegaskan bahwa setiap kita “menghisap” masyarakat itu bersamaan dengan menghisap air susu ibu sewaktu kita bayi dulu.  Masyarakat begitu dekat dengan diri kita, sehingga kita sering lupa bahwa masyarakat itu sendiri berisi begitu banyak cara dalam menghadapai kehidupan. Kita sering menganggap bahwa cara kita memperlakukan sesuatu adalah satu-satunya cara yang tersedia. Kita harus belajar bahwa semua itu telah menjadi alam bawah sadar bagi kita semua atau lebih tepatnya alam bawah sadar sosial.
Fromm yakin bahwa alam bawah sadar sosial dapat dipahami dengan menelaah sistem ekonomi yang berlaku. Dia mendefinisikan sekaligus menciptakan nama bagi 5 tipe kepribadian berdasarkan system ekonomi. Kelima tipe itu disebut orientasi.
1.      Orientasi reseptif
Mereka selalu berharap memperoleh keinginannya secara langsung.
Orientasi jenis ini diidentikkan dengan keluarga simbiotik, khususnya ketika orang tua “mengeyampingkan” anak-anak mereka dalam bentuk otoritarianisme masokhistik (pasif).
Orientasi ini mirip dengan tahap oral pasif dari Freud, sifat tunduk dari Adler, menguasai dari Horney.
Dalam bentuk yang ektrem orientasi ini dicirikan oleh sifat terlalu patuh atau terlalu memaksakan keinginan. Dalam bentuk moderat dilihat dalam sifat rela menerima atau optimistis.
2.    Orientasi eksploitatif
Mereka berusaha keras mendapatkan keinginan mereka.
Orientasi eksploitatif diidentikkan dengan sisi “penaklukan” dalam keluarga simbiotik dan gaya masokhis dari otoritarianisme. Tipe ini sama dengan tahap oral agresif dari Freud, sifat menguasai dari Adler, dan tipe agresif dari Horney. Dalam bentuk paling ekstrem, tipe ini orangnya cenderung agresif dan menindas. Ketika orang dengan kepribadian ini juga memiliki kualitas kepribadian positif, dia akan menjadi orang yang asertif, menyenangkan dan percaya diri.
3.      Orientasi memiliki
Mereka melihat dunia sebagai hak milik / yang patut dimiliki. Berdasarkan pemikiran Mark, Fromm mengaitkan tipe kepribadian ini dengan kelas borjuis, kelas menegah pedagang, petani yang kaya, dan para buruh yang berketerampilan tinggi.
Tipe kepribadian memiliki identik dengan keluarga acuh tak acuh dan dingin. Tipe kepribadian ini sangat berhubungan dengan perfeksionisme, Freud menyebutnya tipe anal retentive, Adler menyebutnya tipe penolakan, dan Horney menyebutnya tipe menguasai.
Dalam bentuk yang asli tipe ini keras kepala, kaku , tidak imajinatif.
Dalam wujudnya yang sedang-sedang saja, tipe ini bisa dilihat pada orang yang bersemangat, rajin, ekonomis, dan praktis.
4.      Orientasi pasar
Orang yang kepribadiannya berorientasi pasar berharap selalu bisa menjual. Di mana tipe kepribadian modern ini lahir dari keluarga yang acuh tak acuh dan dingin, serta cenderung memilih konformitas otonom sebagai bentuk pelarian diri dari kebebasan. Kepribadian di tahap Phallic yang dikemukankan Freud mungkin mirip dengan ini, yaitu tipe kepribadian yang menjalani kehidupan dengan prinsip untung rugi. Tipe kepribadian ini dapat dilihat dalam sifat-sifat seperti oportunistik, kekanak-kanakan, tidak peduli perasaan orang lain. Sementara bentuk yang positifnya dilihat dalam diri orang-orang yang memiliki tujuan hidup jelas,berdarah muda dan mudah bergaul.
5.      Orientasi produktif.
Kepribadian yang sehat / tanpa topeng. Ini adalah orang yang disatu sisi tidak mengingkari kebutuhan-kebutuhan biologis dan sosialnya, namun di sisi lain tidak pernah mencoba lari dari kebebasan dan tanggung jawabnya. Orang-orang dengan tipe kepribadian semacam ini datang dari keluarga-keluarga yang mencintai tanpa mengekang kebebasan individual, keluarga yang lebih menekankan pertimbangan akal sehat dan kebebasan ketimbang aturan dan ketundukan.

Kejahatan
Kelima orintasi yang telah dibicarakan tadi, baik yang produktif maupun yang tidak, atau yang “memiliki” atau “menjadi”, memiliki satu kesamaan yaitu sebagai usaha menjalani hidup, sebagaimana Horney, Fromm yakin bahwa orang yang mengidap nheorotik akut paling tidak ingin menaklukan hidup. Artinya mereka memiliki sifat biophilus(terlalu mencintai hidup)
Tapi masih ada tipe kepribadaian lain yang dia sebut necrophilous(mencintai kematian). Fromm mengasumsikan beberapa hal yang menyebabkan orang bisa berkepribadian seperti itu, ada pengaruh keturunan yang menyebabkan orang tidak memiliki perasaan saying atau respon afektif. Kepribadian necrophiliac juga bisa disebabkan oleh kenyataan hidup yang penuh keputusasaan sehingga orang menghabiskansisa hiduypnya dengan persaan dendam dan kebencian, dan mungkin penyebabnya adalah ibu yang membesarkan seseorang yang memiliki kepribadian seperti ini, sehingga tidak ada tempat untuk belajar artyio cinta dan kasih saying.

Fromm bisa dikatakan sebagai sosok transisi. Dia adalah seorang teoritikus yang berhasil menggabungkan beberapa teori sekaligus. Aspek lain yang menjadi keunikan teorinya adalah ketertarikannya pada struktrur ekonomi dan budaya yang mempengaruhi keperibadian.


DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press.
George, C. Boeree. 2004. Personality Theories. Yogyakarta : Prismasophie


2 komentar:

  1. yang kondisi eksistensi manusia dri buku erich fromm yang mana kak? thanks..

    BalasHapus
  2. terima kasih artikelnya kak, kalo bole tau kakak punya buku-buku Erich Fromm kah? saya baru baca yg the art of loving, saya tertarik dengan pemikiran penulisnya, bisa rekomendasikan buku Erich Fromm yang membahas mngenai sosial dan cinta? thx

    BalasHapus