Yaaah, gue baru aja berselancar
di salah satu blog yg menurut gue asik, menarik, dan inspiratif. Namun, tak
sampe disitu, tangan gue tiba-tiba mendapatkan intsruksi dari otak untuk ngeklik suatu artikel akibat
ngeliat stimulus tentang walikota perempuan yang usianya belasan tahun di salah
satu kota di Negara Palestina. Hmmm, sampe sekarang gue masih menelusuri
tentang walikota tersebut. Jujur, gue gak ngiri sama sekali ngeliat kesuksesan
dia sbg kepala daerah di usia yang begitu muda, usianya terpaut 5 tahun lebih
muda dibanding gue padahal. Namun, yang bikin gue excited adalah pertanyaan-pertanyaan yang hilir mudik di kepala
gue.
Sumpah, kepikiran
terus mengapa Negara Islam sekaliber Palestina salah satu kotanya dipimpin oleh
perempuan, dibawah umur pula? Motif apa yang terselubung di dalamnya?
Hmmm, pertanyaan itu kembali
bolak balik bak setrikan menghantui kepala gue. Gue gak berani asbun juga
mengenai motif dia menjadi walikota. Telisik punya telisik, ternyata dia jadi walikota karena menantang walikota yang sesungguhnya untuk tuker posisi gitu. Dia adalah ketua suatu organisasi di kota tersebut. Nah akhirnya dia dikasih waktu 1 minggu untuk tuker posisi menggantikan walikota. Ternyata kinerjanya bagus sehingga diperpanjang deh hingga dua bulan berikutnya.
Tapipi gue cuma mau beberin dikit gimana sih
jika pemimpin itu adalah seorang perempuan.
Okeh. Cekidot.
1.
Dalam agama gue, yang namanya pemimpin itu ya
laki-laki, kenapa? Kalau gue tunjukin Al-Qur’an gue harap gk ada yang ngebantah
ye, soalnya Al-Qur’an itu sudah sedemikian sempurna yang diberikan Allah
melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai wahyu sebagai pedoman umat
islam anywhere anytime gitu.
“Kaum
laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka......”
Noh, itu potongan ayat 34 dari Surat An-Nisa dan disana menunjukkan bahwa yang
namanya laki-lakilah yang berhak jadi pemimpin.
Masih belum puas dan nyinyir aja.
“Tidak akan beruntung suatu kaum yang
menyerahkan urusan (kepemimpinan) mereka kepada seorang wanita.”(Hadits Riwayat Al-Bukhari)
Harap underlined
tuh kata “tidak beruntung” artinya bahwa keberuntungan hanya akan diberikan
pada kaum yang menyerahkan urusan kepemimpinan pada laki-laki. Beruntung juga
mempunyai makna yang luas lo, bisa dalam arti beruntung dalam sehat, sejahtera,
dihindarkan dr musibah, dsb.
IMO, dua dalil tersebut sudah cukup
mewakili bahwa yang namanya pemimpin ya laki. :)
Kalau
masih manyun-manyun dan hendak protes, hmm gue yang balik nanya ya? :)
a. Apakah
ada Nabi dan Rasul perempuan ?
b. Apakah
ada imam sholat perempuan, kecuali makmumnya juga perempuan semua ya ?
Setau gue, cmiiw ya, gak ada tuh
Nabi dan Rasul yang berjenis kelamin perempuan, hal ini sesuai dengan beberapa
ayat di Al-Qur’an, cek ya
“Kami tiada mengutus Rasul-rasul sebelum kamu, melainkan beberapa orang
laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka. “ (Qs. Al-Anbiyaa’ 21:7)
“Dan kalau Kami bermaksud
menjadikan Rasul itu dari golongan malaikat, tentulah Kami jadikan dia berupa
laki-laki.” (Qs.al-An’aam 6:9)
“Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang kami
berikan wahyu kepadanya diantara penduduk suatu negeri.” (Qs. Yusuf 12:109)
Nah terus ada gitu imam perempuan
? Setau gue pun gk ada ya, kecuali ya itu tadi, kalau makmumnya semuanya
perempuan. Ada aturannya juga loh : Imam
dalam sholat tidak boleh wanita, kecuali makmumnya juga wanita (berdasarkan
Imam Hanafi, Syafi’I, Hambali dan Ja’fari/ Imammiah)
Masih juga mungkir ya?
Hmmm, kalaupun berpikiran sekuler, gue akan
bahas berdasarkan psikologisnya.
2.
Secara psikologis, wanita itu lebih menggunakan
perasaan daripada logikanya. Ini fakta.
Secara psikologis, wanita membutuhkan
pemimpin yang berada disampingnya. Ini nyata.
Secara psikologis, laki-laki lebih tepat
dalam pengambilan keputusan drpd wanita. Okesip
3 hal diatas memang nyata adanya real
kondisi semua wanita, bahwa sekuat-kuatnya wanita tentu ada titik lemahnya yang
bakal dan mudah sekali ciut yaitu perasaan.
Back
to topic ya, bahas tentang Walikota perempuan yang di Palestina itu yang
berusia 15 tahun.
15
tahun adalah masa remaja, yang pada masa itu disebut masa transisi untuk menjadi
dewasa dari anak-anak(Hurlock, 2002). Pada masa ini, seorang remaja sedang
mencari jati dirinya hendak menjadi apa di masa depan, sedang mencari itu
artinya belum menjadi ya :).
Selain itu Santrock (2002) dalam bukunya Life
Span Development mengemukakan bahwa pada masa ini penuh kelabilan emosi
yang biasa disebut stress and stroms
periode.
Jadi sekarang gue mau tanya apa,
bagaimanakah suatu pemerintahan dipimpin oleh perempuan yang sedang masa
labilnya, kecuali ada beking kuat dibelakangnya. :)
Gue nulis ini sekali lagi bukan karena gue
underestimate sama walikota itu, apalagi gue iri ya, karena gue mau ngajak
kalian berpikir aja sih, bahwa Negara islam sekaliber Palestina aja bisa
dirasuki oleh perang pemikiran gwazulfikri seperti feminisme dan kesetaraan
gender. Nah, apalagi Indonesia? Apalagi diri kita?
So berhati-hatilah pada pemberitaan media
yang mungkin agak tendensius dan mempunyai misi tersirat di dalamnya. Kita
sebagai generasi Rabbani yang memegang teguh panji islam semoga senantiasa
mampu berpikir jernih dan keukeuh pada pedoman kita yaitu Al-Qur’an dan
Assunah.
***ini gue tulis karena gue agak gimana gitu ketika denger beginian :
“nah, dipalestin aja cewek pemimpinnya, mampu tuh, kok di Indonesia masih gk
bisa nerima ya?”