Rabu, 31 Oktober 2012

Environmental Psychology : Arousal Theory, Environmental Load Theory, Adaptation Level Theory,Personal Space, Privacy


1.     Arousal Approach Theory
Inti dari teori ini adalah meningkatnya (bangun, bangkit) atau berkurangnya kegiatan di otak sebagai suatu akibat dari proses faal tertentu (Hebb, dalam Sarwono, 1992). Perubahan kegiatan otak ini merupakan variabel perantara (intervening variable) antara rangsang yang datang dari lingkungan dengan tigkah laku yang terjadi.
     Contoh dari arousal adalah ketika seorang datang dari desa dengan kereta api. Ketika turun di stasiun ia menghadapi berbagai stimulus seperti keramaian, kebisingan, udara yang panas, dan polusi udara. Sebagai indikator bahwa orang desa tersebut terjadi peningkatan kegiatan pada syaraf otonom seperti bertambah cepatnya denyut jantung, naiknya tekanan darah, dan produksi adrenalin yang lebih cepat. Maka setelah ada tanda-tanda peningkatan itu, kita dapat meramalkan akan terjadi perilaku tertentu seperti agresivitas (marah-marah) ataupun mencari kendaraan umum.
    Arousal yang rendah akan menghasilkan pekerjaan (performance) yang rendah juga. Makin tinggi arousalnya, makin tinggi pula pekerjaannya. Pada tugas-tugas yang mudah hasilnya akan terus meningkat dengan meningkatnya arousal, tetapi pada pekerjaan yang sulit hasil pekerjaan justru akan menurun jika arousal melebihi batas tertentu.
Misalnya : suara musik di dalam mobil bisa merangsang semangat pengemudi, tetapi suara musik yang sama dapat mengganggu konsentrasi orang yang sedang memecahkan persoalan matematika.
Hubungan antara arousal dan performance, dalam psikologi Lingkungan disebut Hukum Yerkes dan Dodson.


2.     Environmental Load Theory
Teori ini dikemukakan oleh Cohen dan Milgram. Prinsip dasar dalam teori ini adalah manusia memiliki keterbatasan dalam mengolah stimulus dari lingkungannya. Jika stimulus lebih besar dari kapasitas pengolahan informasi maka terjadi kelebihan beban (overload) yang mengakibatkan sejumlah stimuli harus diabaikan agar individu dapat memusatkan perhatiannya pada stimuli tertentu saja.

Strategi pemilihan tingkah laku coping untuk memilih stimuli mana yang mau diprioritaskan atau diabaikan akan menentukan reaksi positif atau reaksi negative terhadap lingkungannya. Kelebihan kapasitas yang terlalu besar akan menyebabkan individu tidak mampu lagi menanganinya dalam kongnisi sehingga akan menimbulkan gangguan kejiwaan seperti merasa bosan, tertekan, jenuh, dll.

Contohnya : pemandangan suatu kota besar di mana terlalu banyak gedung tinggi, kendaraan, lampu kota, papan reklame. Oleh karena itu, orang yang tinggal di kota besar sering mengeluh jenuh, bosan, ingin melarikan diri untuk mencari ketenangan dan kedamaian.

3.     Adaptation Level Theory
·         Adaptation level adalah
1.      Satu titik subjektif dari persamaan dalam mana perangsang menjadi netral atau tidak berpengaruh lagi.
2.      Suatu keadaan homeostatis bercampur dengan netralitas emosional  (Chaplin, 1981) 
·         Manusia menyesuaikan responnya terhadap rangsang yang datang dari luar, sedangkan stimuluspun dapat diubah sesuai keperluan manusia. Wohlwill menamakan penyesuaian respon terhadap stimulus sebagai adaptasi, sedangkan penyesuaian stimulus pada keadaan individu disebut adjustment.
·         Setiap orang mempunyai tingkat adaptasi tertentu (adaptation level) terhadap rangsang atau kondisi lingkungan tertentu.
·         Reaksi orang terhadap lingkungannya bergantung pada tingkat adaptasi orang yang bersangkutan pada lingkungan itu. Makin jauh perbedaan antara keadaan lingkungan dengan tingkat adaptasi, maka makin kuat pula reaksi orang itu.
·         Kondisi lingkungan yang dekat atau sama tingkat adaptasinya adalah kondisi optimal. Orang cenderung selalu mempertahankan kondisi optimal ini, dalam skema Bell dinamakan kondisi homeostatis.
·         Ada 3 kategori stimulus yang dijadikan tolok ukur dalam hubungan lingkungan dan tingkah laku, yaitu
1.      Stimulus fisik yang merangsang indera (suara, cahaya, suhu udara)
2.      Stimulus sosial
3.      Gerakan
·         Ketiga stimulus itu masing-masing memiliki 3 dimensi, yaitu:
1.      Intensitas ; misalnya suara yang tidak terlalu keras lebih menyenangkan  daripada yang terlalu keras atau terlalu lemah.
2.      Diversitas (Variasi Rangsang) ; terlalu banyak atau terlalu sedikit macam rangsang juga tidak menyenangkan.
3.      Pola ; rangsang yang terlalu berstruktur mungkin tidak sama sekali menyenangkan daripada yang tidak berstruktur.



4.     Personal Space
Manusia mempersepsikan ruang disekitarnya lengkap dengan isinya, tidak berdiri sendiri.  Jika isi ruang itu adalah manusia lain maka orang akan langsung membuat suatu jarak tertentu antara dirinya sendiri dengan orang lain itu dan jarak itu sangat ditentukan oleh bagaimana kualitas hubungan orang itu.
Disekitar diri individu seakan-akan ada sebuah kapsul yang membatasi jarak degan orang lain. Luas atau sempitnya kapsul itu bergantung pada kadar dan sifat hubungan antar individu dengan individu lainnya.
Personal space sangatlah bergantung sekali pada bagaimana sikap dan pandangan orang yang bersangkutan terhadap orang yang lainnya.
Dalam psikologi lingkungan, jarak antarindividu digunakan sebagai sarana komunikasi.
Personal space adalah suatu batas maya yang mengelilingi diri kita yang tidak boleh dilalui oleh orang lain (Bell, Greene, Fisher, & Baum, 2001) sedangkan menurut Holanah (dalam Bell, Greene, Fisher, & Baum, 2001), personal space itu seolah-olah merupakan sebuah balon atau tabung yang menyelubungi  diri kita dan tabung itu membesar dan mengecil bergantung  dengan siapa kita sedang berhadapan.
Menurut Hall, ada 4 macam jarak personal space, yaitu : Jarak Intim, Jarak Personal, Jarak Sosial, dan Jarak Publik.



·         Fungsi personal space menurut Hall adalah sebagai alat komunikasi bisa diteliti secara khusus.
·         Proxemics : Ilmu untuk meneliti personal space, metode yang dipakai adalah stop-jarak yaitu orang percobaan (o.p) diminta duduk atau berdiri di suatu tempat tertentu dan orang lain diminta untuk mendekatinya secara bertahap (makin lama makin dekat).
·         Faktor-faktor yang mempengaruhi personal space , yaitu :
1.      Jenis kelamin
2.      Usia
3.      Tipe kepribadian
4.      Latar belakang suku bangsa dan kebudayaan.
5.      Keadaan lingkungan dimana interaksi tersebut terjadi.

5.     Privacy
·         Privacy adalah keinginan atau kecenderungan pada diri seseorang untuk tidak diganggu kesendiriannya.. Dalam istilah psikoanalisis, privacy adalah dorongan untuk melindungi ego seseorang daro gangguan yang tidak dikehendakinya.
·         Hall mendapatkan bahwa ada 6 jenis dalam privacy yang terbagi dalam dua golongan, yaitu :
1.      Golongan pertama adalah keinginan untuk tidak diganggu secara fisik. Golongan ini terwujud dalam tingkah laku menarik diri (withdrawal) yang terdiri atas 3 jenis.
a.      Keinginan untuk menyendiri (solitude).
b.      Keinginan untuk menjauh dari pandangan dan gangguan suara tetangga atau kebisingan lalu lintas (seclusion).
c.       Keinginan untuk intim (intimacy) dengan orang-orang (keluarga/pacar) tetapi jauh dari semua orang lainnya.
2.      Golongan kedua adalah keinginan untuk menjaga kerahasiaan diri sendiri yang berwujud dalam tingkah laku hanya member informasi yang dianggap perlu (control of information). Tiga jenis privacy yang masuk golongan ini adalah :
a.      Keinginan untuk merahasiakan jati diri ( anonymity).
b.      Keinginan untuk tidak mengungkapkan diri terlalu banyak kepada orang lain (reserve).
c.       Keinginan untuk tidak terlibat dengan tetangga (not-neighboring)
·         Privacy dan kerahasiaan (secrecy) terdapat perbedaan yang hakiki, yaitu privacy merupakan consensus pendapat dan merupakan hak individu yang diakui oleh masyarakat, sedangkan secrecy lebih mempunyai konotasi negative, tidak disukai masyarakat, dan tidak ada kaitannya dengan hak individu.
·         Menurut Holanah, privacy adalah hasrat atau kehendak untuk mengontrol akses fisik maupun informasi terhadap diri sendiri dari pihak lain.  Sedangkan personal space adalah perwujudan privacy dalam bentuk ruang (space). Jadi privacy merupakan inti dari personal space. Privacy mempunyai fungsi dan menjadi bagian dari komunikasi.
·         Fungsi Privacy, antara lain :
1.      Sebagai sarana komunikasi, karena merupakan inti dari personal space.
2.      Mengembangkan identitas pribadi, yaitu mengenal diri sendiri dan menilai diri sendiri.
·         Apabila privacy terganggu apalagi secara terus menerus maka akan terjadi proses ketelanjangan sosial, yaitu merasa semua orang tahu tentang semua rahasia diri sendiri sehingga timbul rasa malu menghadapi orang lain. Selain itu juga terjadi proses deindividuasi, di mana orang merasa bahwa individunya merasa tidak dihargai lagi karena itu ia pun tidak peduli lagi pada harga diri sendiri maupun harga diri orang lain.

Referensi :
Bell, P., Greene, T., Fisher, J., & Baum, A. (2001). Environmental Psychology, 5 th Ed. NY: HarcourtBrace,. Inc.
Chaplin, J. P. 1981. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Rajawali Press.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1992. Psikologi Lingkungan. Jakarta : Grasindo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar