Rabu, 31 Oktober 2012

Kasus Psikologi Industri : Psikologi Rekayasa

Kasus :

Awalnya perusahaan/organisasi telah menemukan sso yg dianggap sgt kompeten yg diperoleh dari serangkaian proses seleksi kerja (TPA, psikotes, wawancara, dll). Namun kenyataannya yg bersangkutan dianggap tdk produktif & hrs diberhentikan. Bgmn hal ini jika ditilik dr faktor "the right man in the right place" & dari sudut pandang psikologi rekayasa ? 

Jawaban:


Sebuah perusahaan besar tentulah memerlukan orang-orang yang handal dalam bidangya, perusahaan itu pada umumnya ingin mencari karyawan yang benar-benar the best untuk pekerjaannya tersebut. Dengan serangkaian proses seleksi kerja, dari Tes Potensi Akademik yang harus berstandar di atas rata-rata, Psikotes yang berjam-jam, wawancara kerja dengan HRD (Human Research Development) , dan lain-lain tentulah orang-orang yang lulus seleksi dan direkrut perusahaan tersebut orang-orang yang benar-benar the right man in the righ place. Betapa tidak? Seabrek seleksi untuk menempati jabatan itu sudah terlampaui.
Engineering psychology (Psikologi kerekayasaan) adalah suatu kerekayasaan faktor-faktor manusia (human factors engineering), kerekayasaan manusia (human engineering), egronomika (egronomics), psikoteknologi, dan psikologi eksperimen terapan. Psikologi kerekayasaan ini terutama memperhatikan penemuan dan penerapan informasi tentang perilaku dalam kaitannya dengan mesin-mesi, peralatan, pekerjaan, dan lingkungan kerja.
Dalam kasus tersebut dapat ditilik kembali bagaimana serangkaian proses seleksi itu dianggap berhasil untuk menempatkan seseorang yang right di bidangnya dan bagaimana peranan dari kondisi kerja dari perusahaan tersebut, sehingga orang yang bersangkutan dianggap sudah tidak produktif lagi.
Penempatan seseorang the man in the right sudah melalui prosedur benar dan langkah awal dari suatu rekrutmen karyawan, dengan begitu tidak dapat disalahkan bahwa proses seleksi itu salah, tetapi mungkin dalam proses seleksi itu harus lah juga menggunakan seleksi tes practice (tes langsung praktek nyata pada perusahaan).
Kenyataan di lapangan, seseorang tersebut sudah tidak produktif lagi, tidak produktifnya seseorang dari sudut pandang in the man in the right place (penempatan kerja) dan psikologi kerekayasaan disebabkan oleh faktor usia (usia non-produktif), lingkungan (bagaimana kondisi kerja perusahaan tersebut, atau karena orang tersebut benar-benar tidak mampu dalam posisi tersebut?
Kondisi kerja dari sudut pandang psikologi kerekayasaan itu terdiri dari kondisi fisik kerja dan kondisi waktu kerja, seseorang tersebut bisa saja tidak produktif karena iluminasi, warna, kebisingan, music, dan lain-lain yang tidak ‘dia bangets’ sehingga karyawan tersebut kurang dapat meng-explor dirinya agar lebih baik lagi dan bekerja produktif seperti yang diharapkan perusahaan.
Kondisi waktu kerja ternyata juga memberikan pengaruh seseorang dalam produktif atau tidaknya dalam melakukan sesuatu dari suadut pandang psikologi kerekayasaan, di mana faktor jam kerja lembur,  jam kerja yang kurang sesuai, kerja paro waktu-waktu tetap, dan 4 hari minggu kerja juga menjadi penyebabnya.
Jadi seseorang yang benar-benar sudah lulus dalam proses seleksi kerja karyawan dapat saja dianggap kurang produktif ketika benar-benar sudah terjun dalam pekerjaannya karena faktor-faktor tersebut.




****
Kasus ini adalah salah satu tugas mata kuliah Psikologi Industri dan Organisasi waktu semester 3
hihihi

1 komentar: