Abdurrahman bin 'Auf termasuk tujuh orang yang pertama masuk
Islam. Abdurrahman bin ‘Auf masuk Islam pada awal datangnya Islam di
Mekah yaitu sejak kecil melalui Abu Bakar Siddiq. Pada masa jahiliyah memiliki
nama Abu Amru. Setelah masuk Islam, kemudian Rasulullah menggantinya dengan
Abdurrahman. Beliau termasuk assabiqun al
awwalun, dan tergolong diantara sepuluh orang yang dijanjikan Rasulullah
masuk surga.
Beliau turut berhijrah
dengan meninggalkan semua harta yang telah ia usahakan sekian lama. Beliau ikut
dalam Perang Badar, berhasil membunuh salah satu dari musuh-musuh Allah, yaitu
Umair bin Utsman bin Ka’ab At Taimi dan mengikuti seluruh peperangan setelahnya
bersama Rasulullah saw. Dalam riwayat sahih disebutkan bahwa Rasulullah saw
pernah menjadi makmum shalat padanya saat Perang Tabuk. Beliau adalah salah
satu tauladan profil seorang saudagar muslim yang memulai kerajaan bisnisnya
dari 0 sampai sukses besar namun tetap zuhud. Bahkan
saat ia diberitakan Rasulullah bahwa dirinya dijamin masuk surga, semangat
sedekahnya makin membara. Tak kurang dari 40.000 dirham perak, 40.000 dirham
emas, 500 kuda perang, dan 1.500 ekor unta ia sumbangkan untuk perjuangan
Islam.
Diantara
kedermawanannya, ialah tatkala Rasulullah ingin melaksanakan perang Tabuk.
Yaitu sebuah peperangan yang membutuhkan banyak perbekalan. Maka datanglah
Abdurrahman bin ‘Auf dengan membawa dua ratus ‘uqiyah emas dan menginfakkannya
di jalan Allah. Sehingga berkata Umar bin Khattab, ”Sesungguhnya aku melihat,
bahwa Abdurrahman adalah orang yang berdosa karena beliau tidak meninggalkan
untuk keluarganya sesuatu apapun.” Maka bertanyalah Rasulullah kepadanya,
”Wahai Abdurrahman, apa yang telah engkau tinggalkan untuk keluargamu?” Beliau
menjawab, ”Wahai Rasulullah, aku telah meninggalkan untuk mereka lebih banyak
dan lebih baik dari yang telah aku infakkan.” ”Apa itu?” tanya Rasulullah.
Abdurrahman menjawab, ”Apa yang dijanjikan oleh Allah dan RasulNya berupa rizki
dan kebaikan serta pahala yang banyak.”
Suatu ketika
datanglah kafilah dagang Abdurrahman di kota Madinah, terdiri dari tujuh ratus
onta yang membawa kebutuhan-kebutuhan. Tatkala masuk ke kota Madinah,
terdengarlah suara hiruk pikuk. Maka berkata Ummul Mukminin, ”Suara apakah
ini?” Maka dijawab, ”Telah datang kafilah Abdurrahman bin ‘Auf.” Ummul Mukminin
berkata, ”Sungguh aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Aku melihat Abdurrahman
masuk surga dengan keadaan merangkak’.” Ketika mendengarkan berita tersebut,
Abdurrahman mengatakan, ”Aku ingin masuk surga dengan keadaan berdiri. Maka
diinfakkanlah kafilah dagang tersebut.”
Puncak dari
kebaikannya kepada orang lain, ialah ketika ia menjual tanah seharga empat
puluh ribu dinar, yang kemudian dibagikannya kepada Bani Zuhrah dan orang-orang
fakir dari kalangan muhajirin dan Anshar. Ketika Aisyah mendapatkan bagiannya,
ia berkata, ”Aku mendengar Rasulullah bersabda, tidak akan memperhatikan
sepeninggalku, kecuali orang-orang yang bersabar. Semoga Allah memberinya air
minum dari mata air Salsabila di surga.”
Abdurrahman
bin Auf, juga termasuk salah seorang sahabat yang mendapatkan perhatian khusus
dari Rasulullah. Terbukti tatkala terjadi suatu masalah antara beliau dan
Khalid bin Walid, maka Rasulullah bersabda, ”Wahai Khalid, janganlah engkau
menyakiti salah seorang dari Ahli Badr (yang mengikuti perang Badr). Seandainya
engkau berinfak dengan emas sebesar gunung Uhud, maka tidak akan bisa menyamai
amalannya.”
Disamping
memiliki sifat yang pemurah dan dermawan, ia juga sahabat yang faqih dalam
masalah agama. Berkata Ibnu Abbas: Suatu ketika kami duduk-duduk bersama Umar
bin Khattab. Maka Umar berkata, ”apakah engkau pernah mendengar hadits dari
Rasulullah yang memerintahkan seseorang apabila lupa dalam shalatnya, dan apa
yang dia perbuat?”
Aku menjawab,
”Demi Allah, tidak pernah wahai Amirul Mukminin. Apakah engkau pernah
mendengarnya?” Dia menjawab, ”Tidak pernah, demi Allah.” Tatkala kami sedang
demikian, datanglah Abdurrahman bin Auf dan berkata, ”Apa yang sedang kalian
lakukan?” Umar menjawab, ”Aku bertanya kepada Ibnu Abbas,” kemudian ia
menyebutkan pertanyaannya. Abdurrahman berkata, ”aku pernah mendengarkan
tentang hal itu dari Rasulullah.” Apa yang engkau dengar wahai Abdurrahman?”
Maka ia menjawab, ”Aku mendengar Rasulullah bersabda, apabila lupa salah seorang
diantara kalian di dalam shalatnya, sehingga tidak tahu apakah ia menambah atau
mengurangi, apabila ragu satu raka’at atau dua raka’at, maka jadikanlah satu
raka’at, dan apabila ia ragu dua raka’at atau tiga raka’at, maka jadikanlah dua
raka’at, dan apabila ia ragu tiga raka’at atau empat raka’at, maka jadikanlah
tiga raka’at, sehingga keraguannya di dalam menambah, kemudian sujud dua kali
dan dia dalam keadaan duduk sebelum salam, kemudian salam.”
Beliau wafat pada
umur 72 tahun (ada yang meriwayatkan 75 tahun), dimakamkan di baqi’. dan
meninggalkan banyak harta untuk para ahli warisnya. Terbilang meninggalkan
seribu onta, seratus kuda, tiga ribu ekor kambing Juga meninggalkan emas dan
perak yang semuanya dibagikan kepada ahli warisnya. saat beliau meninggal,
wasiat beliau adalah agar setiap peserta perang Badar yang masih hidup mendapat
empat ratus dinar, sedang yang masih hidup saat itu sekitar seratus orang,
termasuk Ali dan Utsman. Beliaupun berwasiat agar sebagian hartanya diberikan
kepada ummahatul muslimin.
Sungguh
berbahagia Abdurrahman bin Auf, orang yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah.
Diantara sahabat yang ikut membawa jenazahnya ialah Sa’ad bin Abi Waqqas. Juga
dishalati oleh Utsman bin Affan, serta ikut mengiringinya sahabat Ali bin Abi Thalib.
Semoga Allah merahmati sahabat Abdurrahman bin Auf.
Wallahu'alam bishawab...
***
Disampaikan ketika taujih liqo bersama "mereka"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar