Tulisan ini teruntuk adik-adik mahasiswa baru FK UNLAM atau
mahasiswa baru dimanapun berada dengan salah satu tujuannya untuk melengkapi
Chapter Guideline Mahasiswa Berprestasi.
Bismillahirrahmanirrahiim….
Akan dimulai dengan pertanyaan sederhana yang biasa ditujukan
untuk mahasiswa.
1. Apa makna prestasi ?
2. Mengapa mahasiswa harus
berprestasi?
Setiap individu mungkin mempunyai makna prestasi yang
berbeda-beda karena individual
differences . Ada yang mengatakan bahwa disebut berprestasi ketika menjadi juara kelas; ada juga yang menyebutkan
ketika menjadi atlet tennis, maka disebut berprestasi; ada juga yang menyatakan
bahwa berprestasi itu jika bisa mengalahkan orang lain dan menjadi pemenang dan
beberapa pendapat lain dari sosok-sosok prestatif lainnya. Namun apakah makna
prestasi itu sesungguhnya, cukupkah dengan hal – hal tersebut atau ada yang
lebih dari itu?
Makna prestasi adalah kewajiban akan sesuatu yang harus
diraih oleh setiap insan. Sejak kecil bahkan mulai dari dalam kandunganpun kita
sudah dituntut untuk berprestasi. Bagaimana tidak? Kita adalah satu-satunya
sperma dari sekian juta sperma yang berhasil membuahi sel telur dengan
perjuangan berat. Perjuangan berat yang pada akhirnya menghasilkan seseorang
yang saat ini tengah membaca tulisan saya. Kita adalah pemenang yang dilahirkan
di dunia yang berhasil berebut dengan calon jiwa-jiwa lain. The Born Winner Man !!
Jika telah memahami dasarnya seperti itu, maka sekarang dan untuk ke depannya kita
kembali harus bersiap untuk bersaing, karena bukan hanya kita saja satu-satunya
insan berprestasi di dalam kandungan ibu dulu, tetapi banyak jutaan insan-insan
lain yang menyebar di berbagai belahan bumi. Jadi raihan prestasilah yang akan membuat kita berbeda dengan
individu-individu pemenang lainnya.
So, makna prestasi itu
adalah sebuah pencapaian, peningkatan, atau perubahan menuju sesuatu yang lebih
baik dari kondisi sebelumnya. Apapun itu, sekecil apapun asalkan lebih baik
dari kondisi sebelumnya itulah berprestasi. Contoh konkritnya ketika pagi kemarin
kita bangun setelah adzan subuh dan pagi ini kita bangun 1 menit sebelum adzan
subuh, maka itu adalah prestasi. Simple
bukan ? J
Namun, sayang sekali banyak individu dari kita yang kurang
menyadari dan berorientasi untuk mengejar prestasi yang besar-besar saja.
Padahal tidak mungkin ada hal yang besar jika tidak ada hal yang kecil. Pepatah
juga mengatakan sedikit demi sedikit lama – lama menjadi bukit, jadi untuk
berprestasi juga demikian dong. J
Terus, kenapa mahasiswa harus berprestasi?
Sebelum menjawab itu, coba renungkan terlebih dahulu mengapa
yang duduk di bangku Perguruan Tinggi disebut mahasiswa. Kata Maha biasanya
ditujukan untuk Allah, untuk orang besar, dan orang-orang prestatif serta luar
biasa lainnya. Jadi, kata mahasiswa itu adalah sebuah pencitraan yang luar
biasa dong ? Hmmmm…. Itu tergantung bagaimana mahasiswanya juga dong. Jika
mahasiswa punya rasa “malu” tentu mahasiswa akan berjuang untuk menyadarkan dan
membuat dirinya agar layak disebut mahasiswa yang katanya adalah agent of change. Saudaraku, bukankah
jika ada perubahan termasuk makna prestasi ? Jadi, berprestasilah :D
Prestasi bagi mahasiswa itu banyak sekali, ada yang
menyebutkan jika mendapat IPK tertinggi di kampusnya; disebut berprestasi ketika
menjadi ketua senat atau ketua bem maupun ketua organisasi; berprestasi jika
dapat kuliah nyambi kerja; berprestasi jika bisa menjadi asisten dosen; atau
macam-macam lah.
Semua pendapat di atas itu benar adanya dan layak untuk
disebut berprestasi. Bahkan, DIKTI mengapresiasi bagi mahasiswa mana saja untuk
berkompetisi memperebutkan gelar Mahasiswa Berprestasi (MAWAPRES). Sebuah ajang
tahunan bergengsi yang tidak hanya mempertaruhkan nama pribadi juga nama
kampus.
Menurut DIKTI, Mahasiswa Berprestasi adalah mahasiswa yang
berhasil mencapai prestasi tinggi, baik kurikuler maupun ko/ektrakurikuler,
mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, bersikap
positif dan berjiwa Pancasila. Wow, awesome.
:p
Apa saja sih yang kiat-kiat untuk menjadi MAWAPRES DIKTI ?
Saudaraku, Dirjen Pendidikan Nasional itu tidak hanya
menuntut mahasiswa untuk menjadi peraih IPK tertinggi di kampus baru dapat
mengikuti ajang seleksi ini karena IPK hanya mendapat porsi 25 % saja. 75 %
lainnya dipecah untuk kegiatan organisasi, pengalaman kegiatan seminar sebagai
peserta, panitia atau pembicara dan kemampuan bahasa asing diluar Bahasa
Indonesia dan Inggris karena dua bahasa itu wajib dikuasai aktif oleh
mahasiswa.
Tidak mudah memang, tapi itu bukan tidak mungkin. Setiap kita
terlahir dengan potensi luar biasa yang kadang kita (malas) untuk menggali,
tapi seandainya (malas) itu diterapi dengan baik agar menghilang ditambah
suplemen kegiatan organisasi yang diramu agar IPK minimal 3,00 serta mampu capciscus berbagai bahasa maka bukan
tidak mungkin yang membaca ini adalah mahasiswa berprestasi selanjutnya !!!!
By – Mia (Psikologi 2008)
I think only hard work and regular practice help the students to become successful. We should work hard if we want to achieve our goals. It is a rule of success.
BalasHapus