Pernah dengar orang-orang bilang “ketinggian nama” ?
Katanya sih jika ketinggian nama itu bisa menyebabkan si anak yg empunya nama sakit atau ada gangguan gitu lah.
Hmmm.
Sekedar share aja nih,
Saya punya ponakan sepupu namanya itu Fatimah Azzahra.
FYI, Fatimah Azzahra adalah nama dari putri Nabi Muhammad SAW.
Zahra (nama panggilan ponakan sepupu saya) sekarang sudah hampir 8 bulan.
Menurut teori perkembangan yg saya dpt dibangku kuliah.
Bayi seusia segitu harus memenuhi tugas perkembangan yg seharusnya, misalnya sudah bisa tersenyum, kontak mata yg bagus, dan bisa tengkurep.
Namun, faktanya.
Zahra itu belum bisa ngapa-ngapain, respon dia ketika dipegang tangannya tidak ada, dilihat matanya juga tidak ada respon, apalagi tengkurep.
Saat itu saya khawatir, apakah itu merupakan indikator hambatan perkembangan yang dialaminya?
Hmmm, dengan penuh kehati-hatian, saya cerita ke mamah, soalnya saya masih terlalu tidak asertif untuk ngomong langsung ke mamahnya (padahal sepupu sendiri).
Akhirnya mamah ngomong deh ke nenek zahra itu, katanya penyebab zahra begitu karena kegemukan yg dialaminya, dan menganggap itu normal aja.
Hoah, bukannya mau ngurusin urusan keluarga sepupu saya, tapi bagaimanapun saya adalah lulusan psikologi yang harus care sama urusan beginian.
Akhirnya, mamah (ku paksa) lagi biar ngomong ke mamahnya zahra, trs mamah bilang supaya saya saja yg ngomong, hmmm.
Sampai pada akhirnya, mamah zahra membawa anaknya ke dokter anak di kotanya, dan dokter itu menganjurkan supaya zahra diperiksa rujukan ke dokter anak dan dokter syaraf di ibukota propinsi.
Singkatnya, zahra harus diterapi agar perkembangannya yg lambat itu bisa diatasi.
Terus, hubungannya dengan ketinggian nama apa ya?
Hehhehe.
Jadi gini, mamahnya zahra selain membawa anaknya terapi juga membawa anaknya ke ustadz atau kiayi gitu, actually, kata kiayi, zahra mengalami suatu hal yang disebut ketinggian nama (dalam bahasa banjar : ketinggian ngaran).
Entah bagaimana menjelaskannya.
Zahra itu tidak kuat menyandang nama tersebut, sehingga dia sakit-sakitan dan mengalami gangguan.
Dan harus melakukan tasmiyah ulang.
Ini hanyalah sebuah tulisan yang saya angkat dari fakta yang dialami keponakan sepupu saya.
Dari sisi keilmuan, gangguan yg dialaminya memang bisa dijelaskan secara medis.
Namun, dari sisi magis spiritual, ya begitulah.
Boleh percaya boleh tidak.
Intinya,
1. Deteksi kelainan pada anak sedini mungkin
2. Berikan perhatian sebesar-besarnya pada anak.
3. Jangan “bangga” jika anak Anda “anteng” diam saja, karena itu indikator suatu hal.
4. Hati-hati memberi nama anak, sebaiknya konsultasikan dulu dengan guru spiritual yg terpercaya dan anda percayai.
:)
Infants of that age must fulfill the task of development, which, for example, should already smile, look well and be inclined.
BalasHapus