Sabtu, 03 November 2012

Salah Langkah - Fatal


Pengalaman ini terjadi ketika aku sedang mengikuti training test 1 di Taman Hutan Raya (TAHURA) Mandiangin Kalimantan Selatan. Training test 1 adalah suatu agenda wajib tahunan yang harus diikuti oleh semua siswa junior yang tergabung di organisasi 4P (Pramuka, PMR, Pencinta Alam, dan Paskibra). Aku adalah salah satu junior paskibra dari 23 siswa lain yang juga mengikuti training test 1 itu. Waktu itu aku baru beberapa bulan menjadi siswi berseragam putih abu-abu di salah satu SMA favorit dan standar internasional di Kalimantan Selatan.

Kegiatan training test 1 diagendakan selama 2 hari (sabtu-minggu). Kami semua berangkat pada sabtu pagi dengan menggunakan bis. Sungguh hal yang sangat aneh ke gunung naik bis, sementara siswa-siswa junior dari organisasi yang lain menggunakan truk. Melihat kenyataan yang terjadi ketika berangkat itu, aku berpikir bahwa organisasi kami tidak “sekejam” organisasi yang lainnya seperti Pramuka dan Pencinta Alam yang harus berjalan berkilo-kilo meter untuk sampai ke tempat perkemahan.

Tiba di lokasi perkemahan Taman Hutan Raya, kami pun langsung bergegas mendirikan tenda, melakukan rutinitas rutinitas PBB beserta hukuman dan teriakan dari siswa senior. Bahkan untuk meminta makan saja, kami harus bernyanyi seperti “topeng monyet” yang lapar. Sungguh ini adalah pengalaman yang pahit tetapi mengasikkan bagiku. Kegiatan tidak hanya dilakukan pada siang hari, pada malam hari pun demikian. Sekitar pukul 20.00 WITA kami semua dikumpulkan di lapangan untuk aksi pentas seni dari masing-masing organisasi. Acara pensi (pentas seni) itu berakhir sekitar pukul 22.00 wita. Namun, kegiatan pada hari itu tidak berhenti begitu saja, dilanjutkan oleh agenda  yang biasa disebut JURIT MALAM.

Jurit Malam dilakukan oleh semua organisasi 4P. Berdasarkan kabar burung, jurit malam dilakukan perorangan dan jurit malam dengan rute paling jauh adalah pencinta alam dan pramuka yang konon kabarnya memutari gunung. Mendengar hal itu, kami gugup bukan kepalang, apakah paskibra juga demikian? Ternyata kabar burung itu benar, Paskibra adalah organisasi dengan rute paling pendek walaupun tetap dilakukan perorangan. Waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 wita dinihari, tetapi namaku tidak kunjung disebutkan oleh kakak senior untuk jurit malam itu. Aku sudah menunggu hampir 1,5 jam, dan hanya tersisa sedikit siswa junior yang belum dipanggil. Aku berharap mendapatkan urutan terakhir, karena dalam benakku ketika urutan terakhir pasti ditemani oleh kakak senior. Namun, itu hanyalah harapan, namaku dipanggil dan aku urutan 18 dari 23 junior. Aku berjalan mengikuti rute yang ditunjukkan dan diberi bekal satu obat nyamuk. Yeah, satu obat nyamuk, obat nyamuk yang ukurannya paling besar kira-kira 7 cm, hanya potongan obat nyamuk. Kakak senior berpesan “obat nyamuk jangan sampai hilang, karena ini demi keamanan”.

Aku memberanikan diri berjalan, berjalan memasuki hutan dengan bibir komat kamit membaca berbagai macam bacaan Al-Qur’an dan baru sampai ke bibir hutan, ada post pertama yang merupakan post keberangkatan. Aku disuruh duduk di sungai yang berair dingin pada malam itu. Karena aku adalah junior, aku pun mengikutinya, aku diberi secarik kertas yang harus dihafalkan. Kertas password yang harus dihafal. Bagiku menghafal potongan paragraph tidak masalah, tetapi ini adalah potongan paragraph menyeramkan yang harus dihafal di air dingin. Air dingin bagi penderita asma sepertiku adalah momok yang menakutkan. Potongan paragrapnya seingatku demikian “aku berjalan ditengah hutan sendirian, membawa mayat korban kecelakaan tadi sore di sebelah kanan, ditemani hantu hutan tahura yang menyeramkan dan blab la bla bla”. Aku lupa diksi yang sebenarnya tetapi intinya demikian dan sangat panjang. Selain itu, aku disodorkan secarik kertas lagi untuk dihafalkan. Yeah, kertas yang berbunyi “ Asmiani kesana kemari bejalan mengawani nini yang handak kawin lawan kai”. What? Apa-apaan ini? Ternyata itu adalah nama kodeku untuk malam mini.

Waktu untuk menghafal sudah habis, dipost itu aku diajarkan supaya hormat dan memberikan salam terlebih dahulu jika menemui post serta mengucapkan nama kodeku dan password yang menyeramkan itu. Aku diberi petunjuk jalan untuk menuju post berikutnya, katanya sih ikutin tali merah ikutin tali merah. Beberapa post telah aku lewati, ditengah jalan aku ada bertemu dengan kakak kelas yang “uhuk” denganku sehingga ada beberapa rute yang mana aku ditemani olehnya berjalan berdua. Namun, pada post 5 menuju post 6, kakak itu tidak lagi menemaniku karena ada tugas juga dari organisasinya yang harus gantian jaga post. Akupun berjalan sendirian, aku melihat ada kakak senior paskibra di depanku dan aku mengiringi beliau. Konyolnya, beliau berjalan menuju daerah yang “hutan banget” aku tetap mengikutinya sampai di suatu tempat aku kehilangan jejak beliau. Aku berdiri ditengah hutan yang berair kurang lebih selutut dan ditumbuhi rerumputan. Dalam pikirku, tak mungkin kakak seniorku mencari jalan rute menuju post 6 serumit ini. ditanganku, tidak ada obat nyamuk lagi, dan akupun menangis sekencang-kencangnya dan berteriak “Tolooooong, Toloooooooong, Kakaaaak, Miaaaa kakak”. Aku berteriak tak hanya sekali dua kali, puluhan kali aku berteriak sampai ada kakak abituren dari organisasi Pencinta Alam yang menemukanku dan menemaniku. Beliaupun berteriak lebih kencang dariku, “Paskibra dimana woy, Paskibra dimana, junior kam sasaaat”. Akhirnya kakak itu mengantarkanku ke post paskibra dan semua kakak senior di sana bingung juga karena urutan 18 tidak kunjung datang. Padahal urutan 23 sudah sampai di post itu. Sialnya mereka tidak ada inisiatif untuk mencariku. Kakak yang menemukanku sewaktu tersesat itu langsung memarahi kakak seniorku, karena tidak ada usaha sewaktu mengetahui loncatnya urutan dari 17 langsung 19.

Akupun dibebas tugaskan di post itu, tanpa hukuman, tanpa teriakan, tanpa password, tanpa nama kode dan aku hanya dikelilingi oleh kakak senior paskibra yang menanyakan “kemana tadi ding kemana?” atau “kenapa tadi ding kenapa”. Hello, mereka mengerti tidak aku sedang shock ditanya ini itu. Lalu ada kakak yang bertanya, “ding, mana obat nyamuk km?” dan aku pun menggeleng. Ternyata obat nyamuk itu adalah “pawang” agar tidak diikuti oleh makhluk gaib dan binatang buas. Setelah kejadian itu, aku diminta untuk tidur, tidur beralaskan tanah dan baju basah, berselimut dinginnya hawa hutan Kalimantan, dan beratapkan langit yang sungguh indah tanpa bintang.

Keesokkan harinya, nama mia sungguh terkenal, terkenal karena tersesat di hutan dan mengikuti setan yang menyerupai seniornya. Sungguh ini tidak terlupakan.


***
Cerita ini terjadi ketika berusia dipenghujung 14 Tahun..
Wattaaaa, 7 Tahun yang lalu....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar